Penyebab Anak Berani Melawan Orangtua, Ketahui 5 Alasannya Disini
Anak harus mematuhi bimbingan orangtua. Itulah hal wajar yang diharapkan banyak orangtua. Namun nyatanya, masih ada saja anak yang melawan dan membantah orangtuanya, bahkan bersikap tidak sewajarnya dengan tindakan kasar. Faktor penyebab anak berani melawan orangtua sangatlah banyak.
Menurut Kriminolog Haniva Hasna, M. Krim, dilansir dari medcom, anak yang membantah terhadap orangtuanya disebabkan oleh sejumlah faktor. Salah satunya, justru karena sikap otoriter dari sang orangtua. Orangtua memiliki masing-masing aturan dalam menerapkan pola asuh. Sebagian besar dari mereka menerapkan pola asuh otoriter.
Pola asuh otoriter adalah salah satu karakteristik dalam membesarkan anak dengan gaya pengasuhan yang cenderung keras dan menuntut anak. Meski harapan orangtua pada anak sangat tinggi, respon penghargaan untuk anak terbilang rendah.
Pada faktor ini, anak dijadikan seperti robot yang hanya bisa dikendalikan oleh orangtuanya. Celakanya, hal tersebut justru akan berdampak buruk pada hubungan keduanya. Anak akan merasa tertekan karena harus mengikuti segala aturan dari orangtuanya.
Rata-rata Penyebab Anak Berani Melawan Orangtua Karena Orangtua Menerapkan Pola Asuh Otoriter
Berikut ini Wahana Bahagia telah merangkum beberapa penyebab anak berani melawan orangtua, pola asuh otoriter merupakan penyebab utama hal tersebut yang di lansir dari popmama. Simak penjelasannya.
1. Anak Tidak Suka Diatur dan Diperintah dengan Keras
Penyebab utama anak melawan orang tuayang otoriter adalah karena sebagian anak tidak suka jika dirinya diatur-atur dan diperintah.
Terlebih jika orangtua memerintah dengan nada kasar dan di depan banyak orang.
Sebagian anak akan merasa harga dirinya tercederai. Anak pun bisa sakit hati dengan tindakan orangtua yang seperti ini.
Akhirnya untuk membalas rasa kecewa anak, ia bisa melakukan hal menyebalkan seperti berbuat kebalikan dari kemauan orangtuanya.
2. Anak Merasa Tertekan Karena Pola Asuh Otoriter
Mengasuh anak dengan cara otoriter malah akan membuatnya tertekan. Sulit bagi anak bisa tenang dan tetap merasa nyaman. Yang banyak terjadi adalah anak tumbuh dalam keadaan tertekan.
Ini bahaya bagi Kesehatan Mental anak. Terlebih lagi jika anak tidak memiliki saudara atau teman untuk berbagi cerita.
Jika anak bisa beradaptasi dengan pola asuh otoriter, anak bisa menjadi pribadi yang keras ketika ia dewasa.
3. Anak Jadi Pemberontak Ketika Keinginannya Tidak Dituruti
Anak berani melawan orang tua karena ia tidak terima ketika keinginannya tidak didengar atau diabaikan.
Pada umumnya, orangtua yang otoriter kurang mendengar pendapat anak. Orangtua justru memiliki keinginan anak dengan sukarela mengikuti pilihannya.
Jika suara dan harapan anak terus tidak didengarkan maka anak bisa saja memberontak dan melawan perkataan orangtuanya.
4. Tidak Merasa Disayang Orangtuanya dengan Tulus
Anak yang tidak didengarkan, lama-kelamaan akan memiliki keluhan. Anak bisa merasa hidupnya tidak adil dan membosankan.
Lalu anak juga merasa tidak benar-benar disayang kalau orangtuanya otoriter.
Mendidik anak itu memang penting, tapi jangan lupakan juga kalau mereka butuh banyak kasih sayang dan afeksi yang membuatnya merasa diinginkan dan dicintai.
Tidak perlu terlalu memanjakannya, namun pastikan bahwa dia tahu kalau kamu menyayanginya.
5. Tidak Mendapat Kebebasan dan Merasa Terkekang
Hak kebebasan terasa seperti dirampas dan anak merasa terkekang jika memiliki orangtua otoriter.
Pola asuh seperti ini mungkin ada sisi baiknya, misal anak jadi lebih patuh dan mudah untuk mengikuti aturan di rumah. Namun sisi buruknya ialah anak tidak pernah punya pilihan selain menuruti orangtua apapun bentuknya.
Padahal penting bagi orangtua untuk membuat anak mandiri dan cerdas dalam membuat pilihan atau pendapat akan suatu hal agar tumbuh sebagai orang yang bijak.
Meskipun ada sisi baiknya, namun anak yang dibesarkan dengan cara otoriter justru cenderung mudah melawan dan sulit diatur.
Catatan Wahana Bahagia Mengenai Penyebab Anak Berani Melawan Orangtua
Menurut penelitian, kurangnya kehangatan orang tua dan seringnya terjadi kekerasan di lingkungan rumah bisa membuat anak-anak agresif dan suka melawan. Selain itu anak juga menjadi kurang berempati dan kurang bermoral.
Padahal berempati dan bermoral merupakan satu set karakteristik yang dikenal dengan sifat berperasaan tanpa Emosi. Kata para ahli, perilaku dan kepribadian anak dibentuk oleh pengalaman masa kecilnya.
Selain suka melawan, mereka biasanya juga tak mau mendengar kata orangtua, kurang ajar, dan bersikap sesukanya sehingga membuat orangtua frustasi. Dihimpun dari berbagai sumber, berikut ini sikap orangtua yang membuat anak-anak suka melawan:
Penyebab Anak Berani Melawan Karena Orangtua, Sering Berteriak
Orangtua kerap menyalahkan dan tidak menghargai anak, bahkan sering berteriak kepadanya. Bersikap kasar pada anak hanya akan membuatnya justru menjauh dari orangtua, maka tak heran jika ia suka memberontak dan menimbulkan perselisihan. Selain berteriak, menghakimi, atau membandingkan dengan anak lain juga menjadi penyebab anak melawan.
Menuruti Kemauan
Bila orangtua selalu berusaha membuat hidup anak serba mudah dengan menuruti semua kemauannya dan berusaha membuat anak selalu bahagia, maka orang tua itu justru merusak anak.
Tidak Memberi Batasan
Kebanyakan orangtua tak tahu bagaimana harus memberi batasan pada anak. Jadi, orangtua sama sekali tidak memberikannya atau memaksakan untuk memberi batas tapi akhirnya hasilnya justru tak sesuai harapan. Padahal bila tak berusaha memberi batas, maka anak akan terus merongrong sampai mendapatkan apa yang ia mau.
Penyebab Anak Berani Melawan Orangtua Selanjutnya, Tidak Memahami Perasaan Anak
Setiap orang ingin perasaannya dipahami, namun lupa jika anak pun demikian juga. Terkadang anak akan merajuk, tapi orangtua tak mau mendengarkan apa kemauannya.
Mudah Marah Juga Termasuk Faktor Penyebab Anak Berani Melawan Orangtua
Orangtua yang sering bersikap temperamental, maka anak pun akan menirunya karena Emosi anak mengikuti orang tuanya.
Tidak Mengajarkan Rasa Bersyukur
Masih banyak orangtua yang lupa mengajarkan anaknya untuk bersyukur dengan apa yang sudah dimilikinya. Misalnya membuang mainan yang sudah tak terpakai begitu saja, padahal sebenarnya bisa disumbangkan kepada anak lain yang membutuhkan.
Suka Menuntut
Pola asuh otoriter adalah gaya pengasuhan yang cenderung menuntut anak tapi rendah respons penghargaan. Orang tua otoriter juga bersikap dingin saat menyikapi kebutuhan emosional anak, namun di satu sisi menetapkan standar yang tinggi.
Saat tidak pernah bisa menyuarakan keinginan atau pendapatnya, membuat mereka merasa tertekan dan berontak dari segala aturan yang dibuat oleh orangtua.
Terlalu Mengekang
Terlalu ketat dan dikekang oleh banyaknya aturan akan membuat anak menjadi pemberontak. Orang tua yang terlalu mengekang anak, justru akan membuatnya berbuat sesuatu di luar prediksi. Selain memberontak, anak juga tidak terbuka pada orangtuanya tentang hal-hal yang membuat mereka mengalami Gangguan Kecemasan atau Gelisah.
Orangtua yang Super Sibuk Merupakan Peristiwa Umum Penyebab Anak Berani Melawan Karena Tidak Memberikan Perhatian Kepada Anak
Banyak orangtua yang tidak menyadari kesalahannya. Terkadang orangtua tidak mengerti keinginan anak dan malah terbawa Emosi hingga melampiaskan kemarahan kepadanya. Ada dampak buruk yang terjadi ketika orangtua tidak memberikan perhatian dan kasih sayang pada sang anak.
Mereka terus mencari perhatian dan menunjukkan sisi kerasnya dengan sikap berontak. Sementara pemberontakan menitikberatkan identitas diri dari perasaan anak tentang hal apa yang ia inginkan.
Konseling Anak Sebagai Deteksi Dini Pertumbungan dan Perkembangan Anak
Konseling anak adalah konseling terhadap anak dengan melibatkan konselor dengan anak-anak sehingga anak bisa berbicara bebas mengenai masalah yang menyakitkan, dan disini konselor juga membutuhkan kemampuan konseling verbal dalam menghubungkan konseling dengan strategi konseling lain.
Menghadapi anak yang terus melawan dan bertingkah semaunya memang berat. Tapi bila orangtua menyerah, anak akan semakin merajalela. Lebih baik bersikap teguh, anak akan menyadari ia tak bisa mendapatkan semua yang diinginkan, baik di rumah maupun di dunia nyata.
Tujuan Konseling Anak
Beberapa tujuan umum dari Konseling Anak adalah memberdayakan anak-anak:
- Untuk menghadapi masalah emosional yang menyakitkan
- Mencapai beberapa tingkatan kongruen yang berkaitan dengan pemikiran, emosi dan perilaku
- Untuk merasa nyaman dengan dirinya
Hipnoterapi Sebagai Manajemen Stres dalam Mendidik Anak
Sebelum seseorang menjadi orangtua, tentu sebelumnya mengalami masa anak-anak, remaja, maupun dewasa. Masa anak-anak yang dilalui dengan tidak baik biasanya pengalaman tersebut terbawa hingga ia dewasa bahkan sampai berumah tangga.
Orangtua yang pernah mengalami peristiwa Kekerasan dimasa lalu cenderung menggunakan kekerasan juga dalam mendidik anaknya. Kekerasan Terhadap Anak atau Kasus Penganiayaan Anak juga pernah di alami oleh public figur seperti artis,
Selain itu suami atau istri yang pernah mengalami pengalaman pahit seperti Perceraian, atau di khianati pasangannya juga cenderung melampiaskan amarahnya kepada anak yang notabene nya tidak bersalah.
Tidak jarang karena peristiwa di masa lalu tersebut memberikan dampak buruk terhadap anak melalui pola asuh yang kurang tepat. Jika hal ini terjadi, tidak ada salahnya orangtua melakukan Hipnoterapi atau Terapi Emosi untuk mengontrol sampah emosi yang pernah menghampiri di masa lalu dan demi masa depan yang lebih baik.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, banyak sekali faktor penyebab anak berani melawan orangtua, sehingga terkadang Konseling Anak, Konseling Remaja maupun Konseling Dewasa merupakan satu kesatuan peristiwa utuh dalam mengatasi masalah anak karena pada dasarnya Konseling Anak dilakukan oleh orangtua dan tanpa ia sadari sejumlah masalah emosional ternyata juga melekat dalam dirinya. Disinilah pentingnya Manajemen Stres dalam mendidik anak agar anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang baik sesuai dengan harapan orangtua.
Beberapa penyebab anak berani melawan orangtua tersebut barulah sebagian kecil dari semua penyebab yang ada dalam hidup ini, apalagi jika kita berbicara mengenai lingkungan dan pergaulan si anak di rumah, sekolah, dan teman bermainnya, melakukan konseling atau konsultasi psikologi dengan Psikolog atau Psikiater juga merupakan pertimbangan yang bijak untuk mendeteksi masalah pada anak sejak dini.

